“Pernahkah kau merasa
Seperti dunia ini bukan tempatmu
Berat bahumu tidak tertanggung
Berat hatimu tidak terungkap
Keluhmu tiada yang mendengar
Merintih kau sendirian
Menunggu siang berganti malam
Menunggu jika ajal menjemput
Sabar, kau disuruh bersabar
Syukur, kau dipinta bersyukur
Tikar sejadah dituding kepadamu
Sambil hati menghakimimu
Kelam, masa depan mu kelam
Suram, masa kini mu suram
Mencari-cari engkau akan keindahan
Bertanya-tanya pada ketidakpastian
Teruskan, teruskanlah langkahmu
Suatu hari nanti kau bakal mengerti
Mungkin keindahan hidup itu terletak pada ketidakpastiannya
Pada airmata dan darah yang tertumpah.”
– Diari Melankolia